Rabu, 02 Februari 2011

makalah seni rupa


KRITIK SENI























MENGAPA CELENG
Sebuah Kajian tekstual




Disusun Oleh
: THOMAS EDI NUGRAHA
NIM
: 348/S2/06
SMT
: III
Prog
: Kajian Seni
PASCA SARJANA ISI SURAKARTA





TRILOGI CELENG DALAM KARYA LUKIS DJOKO PEKIK
Kajian makna dan simbol

Berangkat dari tiga lukisan celeng dari pelukis Djoko Pekik, tulisan ini dimulai; tahun 1996, Susu raja celeng, dan Indonesia berburu celeng 1998, serta ditahun 1999 lahir lukisan Tanpa bunga dan telegram duka.

Tulisan ini merupakan sebagian kecil dari sebuah rencana tesis yang diajukan, dengan judul; TRILOGI CELENG DALAM KARYA LUKIS DJOKO PEKIK. Adapun permasalahan kajian keseluruhan dari, rencana tesis ini adalah;
  1. Bagaimana bentuk visual karya lukis Djoko Pekik ?
  2. Apa makna simbolis lukisan Trilogi celeng Djoko Pekik ?
  3. Apa fungsi sosial lukisan Trilogi celeng Djoko Pekik ?
  4. Mengapa Djoko Pekik melukis celeng ?
Pada kesempatan ini, penulis akan berkenan mempresentasikan, sebagaian kecil dari permasalahan dari tesis ini yaitu ; mempermasalahkan tentang mengapa Djoko Pekik melukis celeng ?, ini berkaitan dengan kapan tahun pembuatan dari lukisan tersebut. Kemudian ada apa atau peristiwa apa yang tejadi pada tahun seputar itu ?

Lukisan Djoko Pekik tentang celeng ini tentunya tidak lepas dari fenomena nyata yang terjadi pada sekitar kehidupan dimana Djoko Pekik tinggal dan menetap. Berangkat dari pendapat Constable tentang bagaimana seorang seniman meng-ekspresikan pengamatan, pemahaman dan peng-ekspresian tentang sesuatu yang terjadi pada lingkungannya, inilah karya lukis Djoko Pekik lahir. Seniman tidak bermaksud untuk menggambar perwujudan yang kasat mata, melainkan ingin menceritakan tentangnya. Perwujudan tersebut mungkin merupakan hasil pengamatan atau emosi yang dirasakan bukan dikomunikasikan secara jelas dan efektif secara wadag.[1]
            Pendapat tersebut disambung dengan, pandangan Constable dalam buku The meaning of art herbert read 1957 menyatakan, kita tidak akan melihat sesuatu dengan semestinya kalau kita tidak mengerti. Pengertian dari kata mengerti dalam pendapat Constable tersebut adalah tentunya membawa kita pada suatu kesepakatan tentang mengerti yang dalam hal ini mendalami dan mengarah lebih jauh tentang keterlibatan seniman pada peristiwa atau fenomena yang terjadi dimana pelukis ikut terlibat didalamnya.

Mengapa Djoko Pekik Melukis Celeng

            Untuk menjawab pernyataan mengapa seniman lukis Djoko Pekik melukis celeng maka penulis menggunakan pendekatan tekstual. Dengan menggunakan pendekatan tersebut maka karya ditempatkan sebagai teks sehingga bisa ditafsirkan oleh siapa saja. Di dalam memahami dan menafsirkan karya lukis ini yang terpenting adalah melihat proses kreasi dan pengalaman estetika seniman sebagai landasan dalam proses berkarya. Harapannya dengan melihat pandangan seniman, penulis lebih dapat dituntun untuk dapat menafsirkan kearah yang lebih mendalam.
Lukisan Trilogi Celeng Djoko Pekik.
            Trilogi celeng, ini adalah istilah yang diberikan pelukis pada tiga buah lukisannya yang menggambarkan nasib celeng hari ini, dan lukisan ketiga menggambarkan nasib celeng esok. [2]
Susu Raja Celeng, 1996










Lukisan ini menceritakan tentang celeng yang masih berkuasa, dengan segala kekuasaannya. Dalam lukisan celeng yang pertama ini diceritakan kekuasaan Raja celeng yang masih penuh, walaupun perburuan itu sudah dimulai.
Lukisan Kedua
Indonesia Berburu Celeng 1998









Sekilas tentang lukisan Indonesia Berburu Celeng 1998
Dalam lukisan kedua ini diceritakan tentang pesta berburu celeng dan perburuan tersebut menghasilkan tangkapan Raja Celeng, kegembiraan tentang tertangkapnya celeng tersebut diungkapkan dengan berbagai bentuk kesenian rakyat dari berbagai elemen masyarakat yang ada. Peristiwa ini terekam pada tahun 1998.
Lukisan ketiga
Tanpa Bunga dan Telegram Duka









Sekilas tentang Tanpa Bunga dan Telegram Duka
Bercerita tentang nasib celeng, yang mati dan tak terurus. Tidak ada yang melayat, tidak ada ucapan bela sungkawa, tidak ada karangan bunga, nasib celeng yang mati mengenaskan, walaupun statusnya sebagai raja.
 Apa itu celeng
            Celeng adalah binatang sejenis babi hutan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia[3] Celeng adalah binatang yang mempunyai sifat buas, bagi petani termasuk musuh petani, karena binatang ini sering masuk ke areal ladang atau sawah petani. Celeng ini mempunyai kebiasaan makan serta merusak tanaman sehingga celeng ini sering jadi musuh petani.Bagi sebagian besar para petani desa yang hidup berdekatan dengan hutan kata celeng ini sangat lekat dengan hal yang buruk karena mereka mengenal celeng sebagai binatang yang serng merusak tanaman mereka sehingga muncul umpatan yang terasa keras menurut mereka adalah ketika mereka mengumpat celeng, karena bagi mereka umpatan tersebut berbobot diatas umpatan asu karena celeng memiliki citra bagi mereka merusak sedangkan asu bagi mereka membantu dalam bayak hal didaerah tersebut sebagai penjaga tanaman dari serangan binatang celeng.
            Mitos tentang celeng bagi masyarakat Jawa yaitu celeng jadi-jadian, atau sering disebut Babi ngepet, yaitu celeng sebagai pengambil atau pencuri harta orang lain. Dalam mitos tersebut digambarkan bahwa celeng tersebut adalah celeng yang bisa dikatakan manusia yang ingin kaya, manusia yang ingin mendapatkan kekayaan tanpa harus bekerja semestinya, tetapi ia mengabdi pada kekuasaan roh jahat, dan orang tersebut dalam setiap aksinya merubah dirinya menjai seekor celeng.[4] Dapat disimpulkan bahwa baik celeng asli sebagai binatang, ataupun sebagai mitos, celeng ini selalu berperan sebagai simbol yang negatif bagi kehidupan manusia.
            Hanya seekor binatangkah, celeng Djoko Pekik ? ”Memang peradaban telah makin merohani. Tak mungkin celeng liar berkeliaran di zaman ini. Tapi sering peradaban hanyalah wajah lain dari kekejaman, wajar bila dihutan peradapaban ini celeng buas berkeliaran”.[5] Celeng Djoko Pekik tentunya bukan sekedar babi hutan , celeng Djoko Pekik merupakan simbol jelas dari alamat tertentu, yang tertuju pada zaman dan tahun dimana lukisan ini dihasilkan. Hal yang perlu dicatat bahwa Djoko Pekik ini melukis tentang celeng pada tahun 1990-an. Djoko Pekik melukis celeng pertama yaitu tahun 1996, yaitu Susu Raja Celeng, yang dimaksud dengan celeng disini semakin jelas dengan melihat judul darilukisan ini. Dapat disimpulkan celeng disini tidak sekedar celeng-celeng biasa yang Ia lukis, tetapi Raja Celeng atau pemimpin dari celeng. Dalam luksan Djoko Pekik yang pertama ini seolah Djoko Pekik kawatir akan pemahaman atau penafsiran orang tentang lukisan ”Celeng” ini, sehingga untuk menegaskan alamat yang ingin dituju oleh pelukis, Ia tegaskan dengan alamat yang jelas yaitu, ”Raja Celeng”.
            Raja celeng tentunya, mempunyai wilayah kekuasaan, mempunyai rakyat sebagai pengikut, dan mempunyai masa atau waktu dimana Raja tersebut berkuasa. Tentunya raja celeng yang dimaksud dapat kita tarik benang merah dimana pelukis ini tinggal, dan siapa yang berkuasa pada masa lukisan ini dibuat, sehingga kita dapatkan sebuah kesimpulan tentang siapa celeng yang dimaksud oleh pelikis dari lukisan celeng yang disajikan.
            Perryataan yang timbul setelah disimpulkan bahwa yang dimaksud celeng Djoko Pekik tersebut adalah simbolisasi dari penguasa Orde Baru. Mengapa Djoko Pekik melukisakan penguasa dengan sebuah simbol celeng ? padahal celeng adalah binatang yang selalu berkonotasi negatif. Apakah seperti itu penguasa Orde Baru dimata Djoko Pekik ? alasan seperti apa sehingga Djoko Pekik melukiskan penguasa Orde Baru dengan sebuah simbol celeng ?
            Jawaban dari pertanyaan diatas dapat dibagi dua. Yang pertama realita Orde Baru dengan segala kebijakan yang dilakukan, diawali dengan peristiwa 30 September 1965 pemberontakan komunis yang gagal. Peristiwa ini mengubah tatanan politik dan kebudayaan Indonesia. Oleh Soedarsono disimpulkan 1,5 tahun setelah peristiwa tersebut keadaan politik di Indonesia, masih belum menentu. Baru setelah Jendaral Soeharto memegang pemerintahan, terjadi perubahan dari apa yang disebut sebagai Orde Lama menjadi Orde Baru. Akan tetapi rupanya harapan akan terjadinya perubahan kehidupan tata politik tidak membawa perubahan seperti yang didambakan oleh para seniman. Pemerintahan ”Orde Baru” menurut M.C Ricklefs, lama kelamaan mirip dengan pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintahan bukannya memobilisasi penduduk, tetapi justru mengontrolnya.[6]
            Hal yang sama juga dirasakan M.C Ricklefs, dia jelaskan tentang hal ini dan disimpulkan pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1980 kondisi negara stabil. Akan tetapi, lama-kelamaan keluarga Presiden Soeharto beserta kawan-kawannya mulai ingin mengenyam kekayaan tanpa kerja keras. Korupsi serta manipulasi terjadi dimana-mana, kaum konglomerat jumlahnya makin bertambah banyak terutama yang biasa dekat dengan Presiden.[7]
            Akan tetapi sekali lagi, sudah bukan rahasia lagi bahwa ditengah pemerintahan masa Orde Baru, semakin hari semakin bertambah banyak dan merebak dimana-mana. Kaum konglomerat jumlahnya makin hari makin bertambah banyak terutama yang biasa dekat dengan Presiden.
            Penggambaran oleh Djoko Pekik dengan simbol celeng yang bertubuh tambun menyimbolkan kekayaan yang ada pada penguasa ini dan bisa jadi memang tubuh tambun tersebut dihasilkan dari makanan yang tidak seharusnya untuk perut celeng tersebut, tetapi mungkin sebenarnya untuk kepentingan orang banyak, yang dalam posisi ini sebagai korban dari ketamakan celeng ini.
            Kebijaksanaan dari Orde Baru yang tertulis diatas adalah sebagai alasan yang umum yang mengundang simpati dari Djoko Pekik untuk mengulas akibat dari beberapa kebijaksanaan yang dikerjakan oleh Orde Baru tersebut. Wujud simpati tersebut dapat kita lihat dalam karya-karya Djoko Pekik yang banyak bercerita tentang orang-orang yang tersisihkan dari derap langkah maju Bangsa Indonesia, sepeti nasib petani, buruh, tukang becak, pengemis, pencari batu, kuli bangunan dan masih banyak lagi yang diungkap Djoko Pekik sebagai ironi yang ada pada bangsa ini.
            Yang kedua, pada sisi lain tentang hal yang lebih khusus yang berkaitah dengan pelukis celeng sebagai objek yang tepat oleh Djoko Pekik terhadap penguasa Orde Baru ini adalah hal-hal yang ia terima, nyata dalam perjalanannya pada masa Orde Baru ini, hal-hal yang menyakitkan hatinya.
            Kesewenang-wenangan yang terjadi pada penanganan anggota LEKRA, PKI dengan penanganan tumpas keakar-akarnya. Sehingga Djoko Pekik termasuk orang yang mendapatkan hukuman selama tujuh tahun di penjara. Setelah keluar dari penjara tersebut juga tidak dengan mudah bagi Djoko Pekik untuk bisa tinggal nyaman karena stigma negatif terebut menyertai Djoko Pekik dimanapun Ia berada, dimanapun ia tinggal dan pada setiap perjalanan hidupnya, yaitu eks-PKI. Sehingga penolakan demi penolakan terjadi pada diri Djoko Pekik sepanjang masa Orde Baru ini berkuasa. Sampai dengan penolakan yang terjadi terhadap karya Djoko Pekik oleh pengelola tempat pameran akibat imbas dari stigma negatif yang dihembuskan pihak Orde Baru. Dan stigma itu masih ada juga teman-teman pelukis Djoko Pekik yang juga menolak karyannya untuk diikutkan dalam pameran-pameran tertentu dengan alasan yang sama, bahwa Djoko Pekik adalah eks-LEKRA.
            Sehingga luapan emosi yang Djoko Pekik pendamasa  Orde Baru ini mulai dimunculkan ketika tahun 1990-an. Atas ketertindasan yang ia alami oleh penguasa Orde Baru terhadap dirinya. Sehingga tahun 1996 mulailah ia melukis celeng.
            Kondisi ketimpangan yang terjadi atas kebijakan pemerintahan Orde Baru ini mengundang aksi protes oleh para mahasiswa, serta para seniman yang mulai tidak betah dengan kebijakan pemerintah Orde Baru tersebut. Tetapi tidak kita pungkiri bahwa aksi yang ada pada masa Orde Baru ini harus pandai-pandai dalam penyampaiannya. Karena tidak hayal aksi protes pada penguasa adalah hal yang tabu untuk diungkap secara transparan sehingga para seniman juga harus menyesuaikan dengan keadaan zaman yang menuntut untuk lolos sensor sehingga dalam aksinya seniman harus pandai menyampaikannya.
            Melihat korupsi dimana-mana para seniman tergugah untuk menyampaikan pesan moral kepada pemerintah tetapi memang masa tersebut masa dimana terjadi pembungkaman terhadap segala kritik kepada pemerintah, hal ini dapat dilihat campurnya pemerintah terhadap ekspresi seni ini dengan terjadinya sensor-sensor yang ketat.[8]  Sehingga memaksa seniman untuk berhati-hati dalam penyampaian kritik terhadap pemerintah Orde Baruini, dengan harapan selamat dari sensor pemerintah. Walaupun secara fakta belum diungkap kasus demi kasus yang terjadi dengan adanya sensor ketat dari pemerintah ini mengakibatkan seniman membuat karya dengan mengungkapkan ekspresi dengan metode simbol, namun bisa jadi Djoko Pekik memakai alasan ini sebagai bahan pertimbangan untuk mengungkapkan kekesalannya terhadap penguasa Orde Baru ini dengan simbolisasi celeng. Namun bisa jadi celeng disini merupakan umpatan, atas apa yang terjadi dengan dirinya yang ditujukan terhadap Penguasa Orde Baru.







Daftar Pustaka
Dharsono Sony Kartika
2007                                Kritik seni, Rekayasa saint, Bandung.
W.J.S. Poerwodarminta
                        1989                Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta.
Soedarsono
2002                                Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi,
Gadjah Mada University Prees, Yogyakarta

             


[1] Pernyataan-pernyataan Constable tentang seni (Dharsono, 2007, p.21)
[2] Wawancara dengan pelukis 1998
[3] Bersumber pada Kamus Besar Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta, 1998,p.193
[4] Keterangan yang ada berdasarkan mitos yang ada pada masyarakat Jawa karena penulis adalah orang suku jawa dan sampai saat ini hidup dalam lngkungan masyarakat Jawa.
[5] Tulisan ini diungkap oleh Sindhunata dalam memberi pengantar tentang lukiasn Djoko Pekik dalam buku Tak Enteni Keplokmu. Tanpa Bunga dan Telegram Duka. Sindhunata, 1999
[6] Pernyataan-pernyataan tentang Orde Baru ( soedharsono, 2002,p.88)
[7] Pernyataan-pernyataan tentang Orde Baru ( soedharsono, 2002,p.99-100)

[8] Pernyataan ini diungkap berdasar pemahaman penulis terhadap tulisan Soedarsono tentang situasi senin pada masa Orde Baru oleh M.C. Ricklefs. (Soedarsono,2002,p.100)

silabus seni rupa xxx


SILABUS

Sekolah                                   : SMP            
Kelas / Semester                     : IX (sembilan ) / 2 ( dua)
Mata Pelajaran                      : SENI BUDAYA/ SENI RUPA
Standart Kompetensi                        : 9. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi dasar
Materi pokok /pembelajaran
Kegiatan pembelajaran

Indikator
Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar
Tehnik
Bentuk Instrumen
Contoh Intrumen












-Menejemen pelaksanaan pameran karya seni rupa
-Membuat rancangan pelaksanaan pameran diluar sekolah

-Mengadakan pameran seni rupa hasil karya di luar sekolah
- Membuat rancangan untuk pelaksanaan pameran diluar sekolah

- memamerkan hasil karya seni rupa diluar sekolah
Tes unjuk kerja
Uji petik kerja prosedur dan produk
-Membuat rancangan penataan pameran seni rupa hasil karya siswa di luar sekolah

-Buat pameran hasil karya seni rupa siswa di luar sekolah






-Buku teks
-Media
 cetak
Media elektronik

silabus seni rupa xxx


SILABUS

Sekolah                                   : SMP
Kelas / Semester                     : IX (sembilan ) / 2 ( dua)
Mata Pelajaran                      : SENI BUDAYA/ SENI RUPA
Standart Kompetensi                        : 9 . Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi dasar
Materi pokok /pembelajaran
Kegiatan pembelajaran

Indikator
Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar
Tehnik
Bentuk Instrumen
Contoh Intrumen
9.1Mengapresiasikan karya seni rupa murni dengan mengembangkan
kreatifitas





















-Beragam jenis bentuk jenis tehnik fungsi makna dan sejarah seni murni manca Negara diluar Asia


-Pengetahuan tentang tehnik pembuatan karya seni grafis

-Karya seni rupa daerah setempat meliputi tujuan membentuk panitia waktu tempat lingkup pameran
-membaca referensi tentang hasil seni rupa manca Negara diluar Asia
-Mengkajmi keragaman jenis bentuk dan fungsi karya seni rupa manca Negara di luar Asia
-Membuat karya dua dimensi yang dikembangkan dari beragam unsure seni rupa Nusantara dan manca Negara diluar Asia
-Membuat rancangan pameran karya sendiri di kelas
-Mengidentifikasi beragam seni rupa murni karya seni rupa manca negara diluar Asia
-Membuat karta seni rupa dua dimensi berdasarkan eksplorasi gagasan bentuk,bahan dan tehnik seni rupa Nusantara dan manca negara diluar Asia


-Membuat rancangan pameran meliputi jadwal, tempat, perlengkapan dan jumlah karya hasil karya sendiri
Tes unjuk kerja










Tes unjuk kerja
Uji kerja prosedur dan produk










Uji kerja prosedur dan produk
-Jelaskan apa yang anda
 ketahui tentang seni rupa
 murni dari Eropa

-Buatlah karya seni rupa dua dimensi yang merupakan hasil eksplorasi gagasan, bentuk bahan dan tehnik seni rupa Nusantara dan manca negara di luar Asia



-Buatlah rancangan pameran seni rupa

-Pamerkan hasil lukisan yang sudah dipersiapkan di kelas/sekolah



-Buku teks
-Media
 cetak
-Media
 Elektronik








-Buku teks
-Media
  cetak
-Media
  elektronik