Senin, 29 November 2010

menjaga eksistensi javanese 2

Ajaran filsafat jawa secara tersirat menjelaskan hubungan mikro-makro-metakosmos, sesuai sesuai system berfikir budaya mistis Indonesia. Pandangan tetang makrokosmos mendudukan manusia sebagai bagian dari semesta.Manusia harus menyadari tempat dan kedudukannya dalam jagad raya ini.Dharsono 2004;202-204.dalam estetika 2007
Eksistensi dari budaya jawa yang ada, bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan yang masih ada dan masih dipertahankan di masyarakat kita. Kegiatan yang ada yang masih di pertahankan kita  adalah  cermin dari aktualisasi budaya kita tersebut.
Gotong royong , bersih desa, rasulan,suran,mantu,nyadran,nylamper dan kegiatan-kegiatan lain tersebut bisa menjadi cerminan  sampai dimana kikisan dari globalisasi dan demokratisasi yang berkembang mengiringi dari keberadaan budaya local yang ada.
Demokrasi bagi eksistensi budaya local, dapat menjadi sebuah pemelihara kelangengan hidup, tetapi juga bisa menjadi sebuah pemicu hilangnya tradisi local tersebut. Hal itu bisa di simak dari sebuah catatan  mufakat yang ada pad art, rw, ataupun di jajaran sekolah ataupun di instansi-intansi yang ada di pemerintah.
                   Sebuah cerminan yang bisa mengambarkan efek dari demokratisasi yang sangat sentral yang bisa membubarkan atau menguatkan  tradisi local tersebut. Adaalah Sebuah keputusan dari sebuah mufakat bersama, merupakan puncak dari sebuah mufakat bersama, dalam alam demokrasi  hal pendapat merupakan hal yang di hargai,…etapi seringkali sebuah keputusan diputuskan di ambil dari mufakat suara terbanyak. Sehingga sebaiknya kita turut serta memberi andil tetang eksistensi dari budaya tersebut.
                  Menjadi sebuah ironi bahwa kita lebih memilih pengaruh luar dari tradisi luhur kita . hal ini memang menjadi keprihatinan tersendiri bagi penulis, biasanya yang mempertahankan dari unsur tradisi ini adalah generasi –generasi yang telah memiliki usia lanjud,….berarti kira-kira 5 atau 10 tahun kedepan tradisi ini tak lagi bisa di pertahankan karena demokratisasi telah memiliki sebuah pilihan : bawasanya pemilihan terbanyak dari mufakat tersebut adalah keputusan terbaik yang di lakukan. Nah disinilah  sebenarnya perlunya menjaga eksistensi –eksistensi dari ke berlangsungan regenerasi budaya dan tradisi yang ada pada lingkungan kita. Kalau kita sedikit aja peduli pada ekssistensi tradisi kita sebenarnya kita akan turut prihatin terhadap semakin menguapnya tradisi –tradisi luhur kita. Tetapi seolah kita tidak bisa melakukan sesuaatu hal apapun terhadap pelestarian tradisi dan budaya yang kita miliki saat ini
                  Baiklah seharusnya kita tidak sah muluk-muluk seperti aksi dari orang-orang yang terlibat langsung yang memiliki nama –nama besar , tetapi sebaiknya cukup dengan turut serta menjaganya dengan tetap menjaga eksistensi tradisi kita secara turuntemurun pada lingkungan kita. Dan turut serta mewartakan bahwa tradisi yang kita miliki tersebut merupakan hasil sari pati dari pemikiran-pemikiran pendahulu kita yang telah lama ada.dan memiliki tujuan yang baik. Sebagai perbandingan negara yang memiliki tradisi dan masih melaksanakannya adalah cina.
                                                                                                           
Bagaimana orang cina melaksanakan,dan menjaga eksistensi tradisi kendurinya, ini sebagai suatu gambaran yang ada di negeri itu.
Tempat kenduri masal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar